Sabtu, 11 Juni 2011

Review RD Shimano Tourney


image courtesy of cambria.bike.com
Artikel ini termasuk rangkaian oret2an saya di forum sepeda, hehehe, jadi maklum kalau sedikit berantakan.

Sy make RD tourney stelah melakukan upgrade besar dgn speda murah saya (sepeda cina --")
dan yg saya rasakan slama ini:

RD dgn kode TX 51 ini cukup akurat kalau dipakai commuting, mungkin krena adany guide pulley di bag ujung belakang RD, yg mana tdk terdapat pd RD Tourney lain, seperti TX31, dan terutama TY series.

Sebetulny kapasitas max RD ini adalah 7 speed (bahkan dpt dipaksa dgn 8 speed, namun tdk dianjurkan krn akan merusak per RD berikut lengan2ny) namun karena minim dana, sy memasangkan dgn 6 speed (cupu skali y? wakakaka)
berikut ini penilaian subjektif sy terhadap RD kelas bawah Shimano ini

Harga : (7/10) dgn dana 70 rban, anda bs memiliki RD bermerek Shimano dgn kualitas yg cukupan, sgt terjangkau bt pemula bersepeda yg baru sekali memulai hobiny.

Material : (6/10) material RD TX 51 ini ada yg terbuat dr plastik, shingga bs dibilang ringkih dan mudah patah kalau utk XC berat, tp klo bt komuter, cukup kuatlah, soalny kan tak akan dibanting2, hehe.

Penampilan : (6/10) dominasi warna hitam memberi kesan gagah, namun segera terlihat kalau bahan RD ini msh mngandalkan plastik, shingga kurang menunjang penampilan. Namun, penampilan bkn sgalany, karena segi performa bs dikatakn cukup utk pemula komuter.

Berat : (6/10) RD ini bs dibilang berat, karena dimensi yg cukup besar, namun berat tsb tdk signifikan.

Performa ; (7/10) Walau material tdk begitu bagus dan cukup berat, toh RD ini mampu merepons gerakan shifter dgn cukup responsif. Nyaris tak ada miss shifting, akurat jg utk kelasny, but, FYI, RD ini pernah sy siksa dgn membabat banjir yg cukup dalam smpai merendam RD, tp saat itu RD ttep lancar berfungsi dan gak kluar karat, pdhal abis banjir itu, speda br dicuci bbrp hari stlah menerabas banjir.

Kesimpulan : Bg yg br memulai bersepeda, jgn malu utk memulai dgn Shimano Tourney TX 51, RD ini (dan jg grupsetny, yg sebag bsr berasal dr non series) cukup memadai krn bs dikatakan ckp tangguh utk kperluan standar, tp jgn berharap bnyk utk shifting sgt responsif spt Deore XT, krn RD ini lbh mementingkan keakuratan shifting, tp krg responsif.

Sekian, semoga berguna

Salam

Jalur Sepeda

image courtesy of  bandung.detik.com
Mungkin akhir2 ini sedang ramai-ramainya digalakkan jalur sepeda di beberapa kota besar. Saya kebetulan mengetahui ini dari pengamatan sendiri (saya tinggal di kota Bandung) di mana ada beberapa lajur sepeda yang telah dibuat, namun belum dioptimalkan, atau tepatnya belum dipakai secara optimal. Begitu pula jalur sepeda di Jakarta yang katanya dipakai sebagai tempat parkir mobil sampai tempat mangkal becak. Kebetulan, saya menemukan sebuah artikel menarik mengenai sikap sebuah majalah otomotif terkenal terhadap jalur sepeda, artikelnya di sini:

http://motorplus.otomotifnet.com/read/2011/06/03/319947/122/14/Pembukaan-Jalur-Khusus-Sepeda-Biker-Layak-Meminta-Lebih

. Nah, yang menariknya adalah, mereka juga menyatakan bahwa seharusnya pembayar pajak seperti pengendara motor aka motoris, lebih berhak mendapat jalur motor dibanding pemakai sepeda yang tidak membayar pajak. Dari situ mulai timbul pertanyaan dari benak saya, apa perlunya motor diberi jalur khusus? Bukannya motor cukup dengan jalur regular saja. Apa yang ada dibenak saya ini sebetulnya bukannya memojokkan pengendara motor, karena saya sendiri adalah motoris sekaligus pemakai sepeda. Dan lagi, biasanya mayoritas pengendara sepeda pun juga memiliki kendaraan bermotor yang dibayar pajaknya secara teratur (biasanya sih, walau gak semua).

Motor sendiri kan dikenal sebagai kendaraan yang bisa selap-selip, dan tentunya kelebihan ini akan terbatasi seandainya motor dimasukkan dalam satu lajur khusus, yang tentunya akan lebih sempit dari jalur regular. Nah, tentunya kita juga tahu bahwa pengendara motor di Indonesia, taat jalur regular pun terkadang tidak. Seringkali mereka memakai trotoar. Apabila aturan ini diterapkan, tentunya akan mubazir. Karena pasti akan ada pelanggaran. Lagipula rasanya juga pasti seperti terkungkung dalam satu lajur sempit.

Nah, mengenai jalur sepeda, ini sih memiliki fungsi yang jelas, yaitu melindungi pengendara sepeda, sekaligus juga menghindari pengendara bermotor terganggu akan keberadaan sepeda di jalur regular. Kita sendiri juga tahu kan, avs (average speed) sepeda tuh paling kencang juga 17-30 kpj. Kalau di kompetisi baru mendekati 60-90 kpj avsnya. Dengan sendirinya, kendaraan bermotor yang melaju dengan avs kira-kira 30-70 kpj tentu akan terganggu dengan sepeda yang melaju dengan lambat. Ingin nyalip takut tiba-tiba sepeda itu berbelok tanpa memberi tanda, ingin menunggu, tentunya tidak enak menjalankan kendaraan bermotor pada kecepatan selambat itu. Jadi, keuntungan jalur sepeda itu ya bagi kedua belah pihak.

Saya juga kebetulan memposting artikel ini di sini:

http://sepedaku.com/forum/showthread.php?56799-Opini-sebuah-majalah-otomotif-mengenai-jalur-speda

dan tanggapan para forumer sepeda tentunya cukup keras, sampai menyuruh menulis surat pembaca untuk protes terhadap artikel ini. Yang ingin saya ketahui sebetulnya sih opini para pengendara sepeda mengenai artikel ini, tapi yang pasti, saya termasuk yang kurang setuju akan adanya jalur motor, sebab bisa dibilang kurang berguna, baik bagi pengendara lain maupun bagi pengendara motor itu sendiri. So, check me if i wrong. Saya pikir juga pemikiran saya ini harus dikoreksi dan dilengkapi, mungkin ada yang mau memberi masukan?

Salam